KARAKTERISTIK MANUSIA
Secara sederhana motivasi dapat diartikan sebagai dorongan. Secara teknis istilah motivasi dalam psikologi daiartikan sebagai berikut:
Seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk mencapai suatu tujuan.
Suatu variable yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran (J.P Chaplin, 2001).
Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisten menuju tujuan tertentu (Luis, 1996).
Sementara motivasi berprestasi (Achievement motivation) merupakan teori yang dikenalkan oleh Davi McClelland. Dasar teorinya tetap berdasakan teori kebutuhan Moslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:
1.Need For Power (nPow)
2.Need For Afiliation (nAff)
3.Nedd for Achievement (nAch)
Dalam membanguteorinya ini mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan sutu masyarakat untuk meliha tmotivasi beradaptsi ini menggunakan metose pengetesan dengan tes TAT (Thematic Appreception Test). Tes ini merupakan tes proyektif yang menggunakan analisa terhadap seseorang dari gambar-gambar untuk mengetahui perbedaan individual (Gibson, et.al. 1996).
Dari penelitian yang dilakukan McClelland ini kemudian dihasilkan profil orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):
Orang dengan nAch tinggi memilih untuk mengindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.
Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.
Orang dengn nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan masalah.
Marilah kita lihat Adversity Quotient: Paradigma Baru Menghadapi Tantangan saya akan menyampaikan bahwa ada pendekatan baru dalam melihat, mengukur, dan meramalkan kesuksesan seseorang. Pendekatan teoritis ini disebut adversity quotient (AQ) yang dikembangkan pertama kali oleh Paul G. Stoltz. Ia beranggapan bahwa AQ dan EQ yang marak debincangkan tidaklah cukup membuat kesuksesan seseorang. Tahukah kalian bahwa Stoltz mengelompokkan individu menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : Quitter, Camper, dan Climber. Dibawah ini adalah ciri, deskripsi dan karakteristik dari 3 bagian yang telah dikelompokkan oleh Stoltz.
Profile dan Ciri, Deskripsi dan Karakteristik
Quitter
* Menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi
* Gaya hidupnya tidak menyenangkan atau datar dan “tidak lengkap”
* Bekerja sekedar cukup untuk hidup
* Jarang sekali memiliki persahabatan yang sejati
* Dalam menghadapi perubahan mereka cenderung melawan atau lari dan cenderung menolak dan manyabot perubahan
* Terampil menggunakan kata-kata yang sifatnya membatasi, seperti “tidak mau”, “mustahil”, “ini konyol”, dsb.
* Kemampuannya kecil atau bahkan tidak ada sama sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan masa depan, kontribusinya
Camper
* Mereka mau untuk mendaki, meskipun akan “berhenti” di pos tertentu, dan merasa cukup sampai disitu.
* Mereka merasa cukup puas telah mencapai suatu tahapan tertentu (satis-ficer)
* Masih memiliki sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha
* Mengorbankan kemampuan individunya untuk mendapatkan kepuasan, dan mampu membina hubungan dengan para camper lainnya
* Menahan diri terhadap perubahan, meskipun kadang tidak menyukai perubahan besar karena mereka merasa nyaman dengan kondisi yang ada
* Mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang kompromistis, misalnya, “Ini cukup bagus,” atau “Kita cukuplah sampai sini saja”
* Prestasi mereka tidak tinggi, dan kontribusinya tidak besar juga Meskipun telah melalui berbagai rintangan, namun mereka akan berhenti juga pada suatu tempat dan mereka “berkemah” disitu
Climber
* Mereka membaktikan dirinya untuk terus “mendaki”, mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan- kemungkinan
*Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh dalam jangka panjang melalui “langkah- langkah kecil” yang sedang dilewatinya
*Menyambut baik tantangan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dari hidup. mereka cenderung membuat segala sesuatu terwujud
*Tidak takut menjelajahi potensi-potensi tanpa batas yang ada di antara dua manusia; memahami dan menyambut baik risiko menyakitkan yang diimbulkan karena bersedia menerima kritik
*Meyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong perubahan tersebut ke arah yang positif
*Bahasa yang digunakan adalah bahasa dan kata-kata yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan; mereka berbicara tentang apa yang bisa dikerjakan dan cara mengerjakannya; merekaberbicara tentang tindakan, dan tidak sabar dengan kata-kata yang tidak didukung dengan perbuatan
*Memberikan kontribusi yang cukup besar karena bisa mewujudkan potensi yang ada pada dirinya
*Mereka tidak asing dengan situasi yang sulit karena kesulitan merupakan bagian dari hidup
Pada data di atas, secara kualitatif bisa dijadikan sebuah bentuk perbandingan terhadap teori berprestasi yang di kembangkan oleh McClelland. Menurut saya teori ini cenderung individualistik, sementara di zaman ini pekerjaan yang dibutuhkan kerja sama tim sangat lah dibutuhkan dan diperlukan cara-cara lain yang dapat membangun kerja tim tersebut. Ada salah satu contoh untuk membangun kerja sama tim dengan kegiatan dalam bentuk outbond. Dengan outbond kita dapat membangun kebersamaan diantara setiap individu.
Seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong kekuatan pada diri individu; sikap yang dipengaruhi untuk mencapai suatu tujuan.
Suatu variable yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju sasaran (J.P Chaplin, 2001).
Suatu kekuatan yang mendorong atau menarik yang tercermin dalam tingkah laku yang konsisten menuju tujuan tertentu (Luis, 1996).
Sementara motivasi berprestasi (Achievement motivation) merupakan teori yang dikenalkan oleh Davi McClelland. Dasar teorinya tetap berdasakan teori kebutuhan Moslow, namun ia mencoba mengkristalisasinya menjadi tiga kebutuhan:
1.Need For Power (nPow)
2.Need For Afiliation (nAff)
3.Nedd for Achievement (nAch)
Dalam membanguteorinya ini mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari yang erat hubunganya dengan konsep belajar. Ia percaya bahwa banyak kebutuhan yang didapatkan dari kebudayaan sutu masyarakat untuk meliha tmotivasi beradaptsi ini menggunakan metose pengetesan dengan tes TAT (Thematic Appreception Test). Tes ini merupakan tes proyektif yang menggunakan analisa terhadap seseorang dari gambar-gambar untuk mengetahui perbedaan individual (Gibson, et.al. 1996).
Dari penelitian yang dilakukan McClelland ini kemudian dihasilkan profil orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi (nAch):
Orang dengan nAch tinggi memilih untuk mengindari tujuan prestasi yang mudah dan sulit. Mereka sebenarnya memilih tujuan yang moderat yang mereka pikir akan mampu mereka raih.
Orang dengan nAch tinggi memilih umpan balik lansung dan dapat diandalkan mengenai bagaimana mereka berprestasi.
Orang dengn nAch tinggi menyukai tanggung jawab pemecahan masalah.
Marilah kita lihat Adversity Quotient: Paradigma Baru Menghadapi Tantangan saya akan menyampaikan bahwa ada pendekatan baru dalam melihat, mengukur, dan meramalkan kesuksesan seseorang. Pendekatan teoritis ini disebut adversity quotient (AQ) yang dikembangkan pertama kali oleh Paul G. Stoltz. Ia beranggapan bahwa AQ dan EQ yang marak debincangkan tidaklah cukup membuat kesuksesan seseorang. Tahukah kalian bahwa Stoltz mengelompokkan individu menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : Quitter, Camper, dan Climber. Dibawah ini adalah ciri, deskripsi dan karakteristik dari 3 bagian yang telah dikelompokkan oleh Stoltz.
Profile dan Ciri, Deskripsi dan Karakteristik
Quitter
* Menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi
* Gaya hidupnya tidak menyenangkan atau datar dan “tidak lengkap”
* Bekerja sekedar cukup untuk hidup
* Jarang sekali memiliki persahabatan yang sejati
* Dalam menghadapi perubahan mereka cenderung melawan atau lari dan cenderung menolak dan manyabot perubahan
* Terampil menggunakan kata-kata yang sifatnya membatasi, seperti “tidak mau”, “mustahil”, “ini konyol”, dsb.
* Kemampuannya kecil atau bahkan tidak ada sama sekali; mereka tidak memiliki visi dan keyakinan akan masa depan, kontribusinya
Camper
* Mereka mau untuk mendaki, meskipun akan “berhenti” di pos tertentu, dan merasa cukup sampai disitu.
* Mereka merasa cukup puas telah mencapai suatu tahapan tertentu (satis-ficer)
* Masih memiliki sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa usaha
* Mengorbankan kemampuan individunya untuk mendapatkan kepuasan, dan mampu membina hubungan dengan para camper lainnya
* Menahan diri terhadap perubahan, meskipun kadang tidak menyukai perubahan besar karena mereka merasa nyaman dengan kondisi yang ada
* Mereka menggunakan bahasa dan kata-kata yang kompromistis, misalnya, “Ini cukup bagus,” atau “Kita cukuplah sampai sini saja”
* Prestasi mereka tidak tinggi, dan kontribusinya tidak besar juga Meskipun telah melalui berbagai rintangan, namun mereka akan berhenti juga pada suatu tempat dan mereka “berkemah” disitu
Climber
* Mereka membaktikan dirinya untuk terus “mendaki”, mereka adalah pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan- kemungkinan
*Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua tahapan sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan yang diperoleh dalam jangka panjang melalui “langkah- langkah kecil” yang sedang dilewatinya
*Menyambut baik tantangan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dari hidup. mereka cenderung membuat segala sesuatu terwujud
*Tidak takut menjelajahi potensi-potensi tanpa batas yang ada di antara dua manusia; memahami dan menyambut baik risiko menyakitkan yang diimbulkan karena bersedia menerima kritik
*Meyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong perubahan tersebut ke arah yang positif
*Bahasa yang digunakan adalah bahasa dan kata-kata yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan; mereka berbicara tentang apa yang bisa dikerjakan dan cara mengerjakannya; merekaberbicara tentang tindakan, dan tidak sabar dengan kata-kata yang tidak didukung dengan perbuatan
*Memberikan kontribusi yang cukup besar karena bisa mewujudkan potensi yang ada pada dirinya
*Mereka tidak asing dengan situasi yang sulit karena kesulitan merupakan bagian dari hidup
Pada data di atas, secara kualitatif bisa dijadikan sebuah bentuk perbandingan terhadap teori berprestasi yang di kembangkan oleh McClelland. Menurut saya teori ini cenderung individualistik, sementara di zaman ini pekerjaan yang dibutuhkan kerja sama tim sangat lah dibutuhkan dan diperlukan cara-cara lain yang dapat membangun kerja tim tersebut. Ada salah satu contoh untuk membangun kerja sama tim dengan kegiatan dalam bentuk outbond. Dengan outbond kita dapat membangun kebersamaan diantara setiap individu.
0 Response to "KARAKTERISTIK MANUSIA"
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Posting Komentar